Halaman

Tampilkan postingan dengan label Motivasi dan Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi dan Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 April 2012

Skenario Tuhan

Nenek berkeriput itu sedih. Tempe yang akan dijual kepasar belum jadi. Wajahnya makin gelap, setelah memeriksa bungkus tempe yang lain belum jadi juga. Biasanya tempe yang belum jadi tidak laku di jual kepasar. Padahal dari hasil penjualan tempe buatan itu, dia bertahan hidup.

Dengan hati galau, diangkat kedua tangannya. “Duh Gusti Pangeran (Ya Tuhan), ku memohon kebesaranMU agar kedelai ini menjadi tempe”, do’a nenek sepenuh hati. Dia yakin, Tuhan pasti mengabulkan do’anya.

Dengan tenang perempuan tua itu menekan-nekan bakal tempe, lalu membuka bungkusan itu untuk mendapatkan keajaiban pada kedelai itu. Tapi ternyata kedelai itu masih seperti semula. Hatinya makin gelisah, melihat dari kisi-kisi jendela jalanan Yogyakarta sudah mulai terang dan ramai.

Oalah Gusti… tiada yang mustahil bagiMu. Bantulah saya supaya hari ini dapat menjual tempe”, Aku mohon jadikan kedelai ini menjadi tempe”, do’anya berserah, kemudian berangkat kepasar Bringharjo. Dia berfikir keajaiban Tuhan tentu akan terjadi selama dalam perjalanan.

Sesampainya dipasar, si nenek meletakkan barang-barangnya. Hatinya yakin dengan tempenya sekarang sudah jadi. Dengan berdebar dia membuka sedikit daun pisang pembungkusnya untuk melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum jadi juga!

Dia kecewa, dan menganggap Tuhan tidak adil. Akhirnya perempuan tua itu hanya duduk tanpa menggelar dagangannya, karena dia merasa tidak ada orang yang membeli tempenya. Hari beranjak sore, pasar mulai sepi dan diapun siap untuk berangkat pulang.

Saat membereskan barang, tiba-tiba punggungnya di tepuk seseorang. “Maaf mbah, mau tanya, disini ada nggak ya yang menjual tempe yang belum jadi? Sudah keliling pasar dari tadi, nggak dapat-dapat”, ucap wanita muda. Si nenek terheran, sekian tahun berjualan tidak pernah seorang pelanggan pun mencari tempe belum jadi. “Oh eh, mmm… saya punya tempe yang ibu cari,” katanya gelalapan sambil membuka kembali barang dagangannya.

Wanita itu memborong semua tempenya, untuk dikirim ke Jakarta buat anaknya yang doyan tempe buatan Jogja. Dia ingin tempe belum jadi itu saat nanti sampai di Jakarta sudah jadi.

Pembaca, dalam menjalani kerja keras sehari-hari senantiasalah berdo’a. Berdo’a kepada Tuhan pertanda kita punya kehendak baik. Itu artinya, saat berdo’a kita menarik energi positif untuk meringankan permasalahan.

Jangan pernah berputus asa dengan apa yang kita pinta. Tuhan pasti mengabulkan do’a kita sesuai kehendakNya. Kita tidak perlu menyusun skenario ketika memintaNya, karena Dia memilki skenario yang lebih tepat buat kita.

Sumber :

Mandiri Majalah, 2012. Edisi 328 Tahun XI Hal. 41. Jakarta.

Rabu, 08 Desember 2010

Dua Buah Bibit

Terdapatlah dua buah bibit tanaman yang tergolek di atas tanah di sebuah ladang yang subur.

Bibit yang pertama berkata,
"Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam ke tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku untuk menyampaikan salam pada musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibiit itupun tumbun makin menjulang.

Bibit kedua bergumam,
"Aku takut, jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu apa yang akan kutemui didalam sana. Bukankah disana sangat gelap? Dan, jika teroboskan tunasku ke atas, bukakah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku akan terkoyak. Apa yang akan terjadi, jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha mencabutku dari tanah. Tidak. Akan lebih baik, jika aku menunggu sampai semuaanya aman.”

Dan bibit itu pun menunggu dalam kesendiriannya.

Beberapa pekan kemudian seekor ayam menggilas tanah itu, menemukan bibit kedua tadi dan mencaploknya segera.

Pesan Cerita:
Hidup ini penuh pilihan, dan setiap pilihan selalu memiliki risikonya sendiri. Banyak orang tidak berani mengambil langkah pertama untuk memulai. Banyak orang ingin menjadi pemain aman dengan meminimalisir semua risiko. Terlalu banyak pertimbangan yang mereka gunakan sebelum memulai sesuatu yang berisiko. Saatnya belum tepat, modalnya masih kurang, mentalnya belum siap, dan sebagainya.

Ada kalanya perencanaan yang matang memang perlu dilakukan. Tapi, ada kalanya pula kita harus segera mengambil langkah pertama dan berani mengambil risiko. Tidak penting, jika Anda tidak melihat seberapa tinggi tangga yang harus Anda daki, yang penting adalah Anda mulai menaiki anak tangga pertama. Keputusan Anda untuk melangkah, akan membawa Anda ke suatu tempat. Dan keputusan untuk diam di tempat, tidak akan membawa Anda ke mana-mana, tidak akan membuat Anda menjadi siapa-siapa.

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Minggu, 05 Desember 2010

Dibalik Sikap Keras Ayah

Ketika Anda masih kecil, ibulah yang lebih sering mendongeng untuk Anda. Tapi, tahukah Anda bahwa sepulang bekerja, dengan wajah lelah, yang pertama kali ditanyakan ayah kepada ibu adalah kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?

Ketika Anda belajar naik sepeda di masa kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda Anda, dan ibu akan khawatir, jika Anda terjatuh. Tapi tahukah Anda, bahwa itu ayah lakukan itu karena dia yakin bahwa anak kesayangannya pasti bisa melakukannya?

Ketika Anda merengek meminta mainan baru, ibu menatap Anda dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas,
"Tidak sekarang!"
Tapi tahukah Anda, bahwa hal itu mendidik Anda menjadi anak yang tidak manja lantaran tidak semua keinginan Anda terpenuhi dengan segera?

Ketika Anda sakit pilek, ibu merawat dan memberikan perhatian ekstra pada Anda. Tapi, ayah justru membentak,
"Sudah dibilang jangan suka minum es!".
Tapi tahukah Anda, bahwa sebenarnya ayah sangat mengkhawatirkan Anda?

Ketika Anda beranjak remaja dan menuntut untuk mendapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tahukah Anda bahwa ayah melakukan itu karena ia sangat ingin menjaga Anda?

Ketika Anda mulai berlama-lama menelepon atau menerima telepon dari seseorang, ayah akan berada di sekitar Anda dan mendengarkan pembicaraan Anda dan teman Anda di telepon. Tahukah Anda, bahwa rasa ingin tahu ayah akan teman spesial Anda, disebabkan ia ingin memastikan bahwa anaknya memilih teman istimewa yang tepat?

Ketika Anda lulus SMA, ayah akan memaksa Anda menjadi dokter atau insinyur. Tapi, tahukah Anda bahwa itu semata-mata karena ayah sangat memikirkan masa depanmu? Dan toh, ayah akan tetap tersenyum dan mendukung Anda saat pilihan Anda tidak sesuai keinginannya.

Ketika Anda harus berkuliah di luar kota, ayah melepasmu di bandara. Tahukah Anda bahwa pada saat itu badan ayah terasa kaku untuk memelukmu?

Ketika itu, ayah hanya tersenyum sambil memberi nasihat ini-itu, dan menyuruh Anda untuk berhati-hati. Padahal ayah ingin sekaii menangis seperti ibu, dan memeluk Anda erat-erat. Yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit airmata di sudut matanya, dan menepuk pundak Anda, sambil berkata
"Jaga dirimu baik-baik, ya."
Tahukah Anda, bahwa ayah melakukan itu agar Anda kuat dan dewasa?

Ketika Anda membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari Anda, ayah adalah orang pertama yang akan mengerutkan kening. Tapi tahukah Anda, bahwa ayah akan bekerja keras untuk bisa mengirimkan sejumlah uang yang Anda butuhkan, agar Anda bisa merasa sama dengan teman-teman Anda di kampus?

Ketika Anda diwisuda, ayah adalah orang pertama yang akan berdiri dan memberi tepuk tangan untuk Anda.

Ketika Anda memilih pasangan hidup, ayah adalah orang pertama yang yakin bahwa Anda telah memilih pasangan yang tepat.

Ketika Anda duduk di pelaminan, ayah akan tersenyum bahagia. Tapi tahukah Anda bahwa dalam hati kecilnya, ayah merasa 'kehilangan' anak kesayangannya?

Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatangan Anda bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih, dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya, ayah telah menyelesaikan tugasnya.

Ayah adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat, bahkan ketika ia tidak kuat untuk tidak menangis. la harus terlihat tegas, bahkan ketika ia ingin sekali memanjakanmu. la adalah orang pertama yang selalu yakin, bahwa
"Anda Bisa" dalam segala hal.

Pesan Cerita:
Banyak dari kita yang memihki hubungan kurang baik dengan orangtua, terutama dengan ayah. Hal tersebut karena sikap sang ayah yang selalu keras dan sering membuat kita sakit hati. Tapi itu semua dilakukan ayah, semata-mata hanya karena ia ingin kita menjadi lebih baik, lebih dewasa, lebih kuat, dan lebih bijak, agar kita bisa memperoleh segala yang terbaik dalam hidup ini.

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Pengorbanan

Reo dan July adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, meski mereka berasal dari latar belakang yang berbeda. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Suatu hari Reo berkata kepada July,
"July, aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Aku ingin kita dapat mencintai sampai tua, dan sampai Tuhan memanggil kita berdua!"

Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July, la berkata kepada Reo,
"Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku telah memutuskan untuk tidak akan menikah denganmu karena aku membutuhkan uang dan kekayaan seperti kata orangtuaku." Mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. la sangat marah kepada July, la mengatai July matre, tidak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhimya, Reo meninggalkan July menangis seorang diri.

Kata-kata July membuat Reo bertekad untuk menjadi orang yang sukses dan kaya raya. Dan jerih payah Reo mulai menunjukkan hasil. Kariernya melejit, dan dalam waktu kurang dari 2 tahun, ia berhasil menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide bahkan ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Reo menjadi simbol kesuksesan bagi orang-orang yang mengenalnya.

Suatu hari, saat Reo sedang mengendari mobil barunya, tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo sangat terkejut karena ia mengenali kedua suami istri itu sebagai orangtua July. Karena penasaran, Reo membuntuti mereka hingga ke sebuah makam
.
Reo sangat terkejut ketika ia mendapati foto July di atas nisan. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orangtua July.
"Reo, kami jatuh miskin. Harta Kami habis untuk biaya pengobatan July. July menitipkan surat ini untukmu. Bacalah," kata ayah July sambil menyerahkan sepucuk surat yang mulai kumal. Reo membaca surat itu.

"Reo, maaf aku terpaksa berbohong. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam hidup yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku lakukan itu semua, karena aku mencintaimu Reo."

Airmata tanpa terasa telah membasahi pipi Reo, hatinya begitu sesak sehingga ia tak mampu mengatakan apapun.

Pesan cerita:
Cinta yang sesungguhnya bukan pada saat kita sedang dimabuk asmara, ketika kita menghabiskan saat-saat romantis dengan pujaan hati. Tapi cinta sejati adalah ketika orang yang kita cintai menyakiti kita ketika gelora asmara sudah tidak terasa lagi, tapi kita masih berdiri disampingnya dan peduli dengannya, dan mencintainya. Karena cinta sejati adalah apa yang tersisa ketika api cinta telah padam.

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Sabtu, 04 Desember 2010

Kisah Tempayan Retak

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, rnasing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan yang retak hanya dapat membawa air setengah penuh. Begitu terus setiap harinya.

Selama dua tahun, si tempayan retak merasa malu dengan dirinya sendiri karena tidak bisa rnenunaikan tugasnya dengan sempurna. Akhirnya, pada suatu hari si tempayan retak berkata pada si tukang air.
"Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa? Kenapa kamu merasa malu?" tanya si tukang air.
"Karena selama dua tahun ini, saya hanya mampu membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada tubuh saya, dan membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan Kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi. kata tempayan itu.

Sambil tersenyum, si tukang air berkata kepada si tempayan retak.
"Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperlihatkan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit keesokan harinya, si tempayan retak memperhatikan jalan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun, di akhir perjalanan ketika air yang dibawa si tempayan retak tinggal separuh, ia kembali meminta maaf pada si tukang air. Si tukang air berkata kepada tempayan itu,
"Apakah kamu memperhatikan bahwa bunga-bunga di sepanjang jaian itu hanya tumbuh di sisimu, dan tidak ada di sisi tempayan yang lain yang tidak retak? Karena aku selalu menyadari akan cacatmu, maka aku memanfaatkannya dengan menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu. Dan setiap hari, jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang."

Pesan Cerita:
Kita semua adalah tempayan yang retak. Artinya, kita semua tanpa terkecuali, memiliki kekurangan. Dan sering kita menjadi tidak percaya diri karena kekurangan kita. Padahal tidak ada gunanya membandingkan diri kita dengan orang lain. Karena orang lain pun punya kekurangan-kekurangannya sendiri.

Terimalah diri Anda apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Karena dalam kekurangan-kekurangan itu, terletak kekuatan kita yang sebenanya.

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Memberi Makna Hidup

Alkisah, Tuhan menciptakan manusia dengan jatah umur 20 tahun. Tapi, usia binatang rata-rata 40 tahun. Itu karena Tuhan ingin manusia bahagia saja sepenuhnnya dan tidak usah merasakan pahitnya dunia terlalu lama.

Ternyata, beberapa binatang merasa iri dan ingin seperti manusia. Datanglah sapi,
“Tuhan terlalu lama 40 tahun bagiku, kukembalikan 20 tahun”. Mendengar itu, manusia yang merasakan kebahagiaan, ingin memperpanjang kebahagiaanya. Maka, dimintanya 20 tahun dari sapi untuk dirinya. Tuhan mengabulkan.

Lalu datanglah anjing, dia mengembalikan yang 20 tahun umurnya, sekali lagi manusia memintanya.

Terakhir monyet datang. Dia juga mengembalikan 20 tahun umurnya, dan lagi-lagi manusia memintanya.

Maka jadilah yang diminta manusia itu:
20 tahun pertama hidup sebagai manusia, berbahagia, tidak banyak mengalami banyak masalah.

20 tahun kedua hiduplah manusia itu seperti sapi: bangun pagi pulang malam, kerja keras, banting tulang. Hidup seperti 7P: Pergi Pagi Pulang Petang Penghasilan Pas-Pasan.

20 tahun ketiga jadilah dia seperti anjing: anak-anaknya beranjak dewasa dan memiliki keluarga mereka sendiri. Ia memasuki masa pensiun dan aktivitasnya sehari-hari adalah menjaga cucu, menjaga kekayaan, menjaga rumah dan properti, persis seperti anjing penjaga.

20 tahun keempat jadilah dia seperti monyet: mulai renta, tidak banyak lagi melakukan aktivitas, mulai berkurang pendengaran dan penglihatan, sering menjadi bahan tertawaan cucu-cucunya.

Pesan Cerita:
Bukan masalah berapa panjang umur Anda, yang paling penting adalah bagaimana memberi makna setiap hari dalam hidup kita

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Rabu, 01 Desember 2010

Di Sini Jual Ikan Segar


Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan "DI SINI JUAL IKAN SEGAR".

Tak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.
"Mengapa kau tulisan kata: DI SINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?"

"Benar juga!" pikir si penjual ikan, lalu dihapuskannya kata DI SINI, dan tinggal tulisan "JUAL IKAN SEGAR".

Tidak lama kemudian datanglah pengunjung kedua yang menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"

"Benar juga", pikir si penjual ikan, lalu dihapuskannya kata SEGAR dan tinggal tulisan "JUAL IKAN"

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ketiga dan juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan untuk dipamerkan?

"Benar juga", pikir si penjual ikan lalu dihapuskan kata JUAL dan tinggal tulisan "IKAN"

Selang beberapa waktu kemudian, datanglah pengunjung keempat, yang juga menanyakan tulisannya.
"Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini ikan bukan daging?

"Benar juga", pikir si penjual ikan lalu di turunkannya papan pengumuman itu.

Pesan Cerita:
Kadang kita mendengarkan pendapat orang lain, agar kita tidak salah mengambil keputusan. Tapi, jangan mendengarkan pendapat orang lain dan dengan serta merta mengikuti apa yang dikatakan orang lain, hanya untuk memuaskan mereka.

Kitalah yang paling tahu tentang hidup kita sendiri, kita paling mengerti apa yang kita cari dan kita butuhkan untuk diri kita sendiri. Dengarkan dan turuti perkataan orang lain, selama itu membantu Anda mengembangkan diri Anda. Tapi, buang jauh-jauh segala komentar dan pendapat orang lain, jika Anda merasa itu tidak akan membuat Anda menjadi lebih baik. Percayalah pada diri Anda sendiri. Karena diri Anda sendiri tidak mungkin menipu Anda.

Sumber :

Tanudibyo, Nancy. 2010. Kisah tentang Seekor Sapi yang Jujur. Media Pressindo. Jakarta.

Minggu, 28 November 2010

Foto Aku dengan Senyum


Seorang pria yang sangat humoris, suatu ketika divonis oleh dokter bahwa ia menderita penyakit kronis dan hidupnya tidak lama lagi. Sulit bagi dokter tersebut untuk memberitahu pria itu tentang apa yang sebenarnya terjadi. “Pak, sulit sekali bagi saya untuk mengatakan ini. Tapi, Anda harus mengetahuinya... bahwa Anda... menderita kanker otak stadium dua,” kata dokter itu dengan terbata-bata.

Namun, ternyata reaksi pria itu sungguh diluar dugaan. Setelah sempat terdiam beberapa detik, ia kemudian tertawa keras. Dokter dan perawat sempat mengira pria itu terguncang jiwanya mendengar berita itu dan membuatnya kurang waras. Tapi kemudian pria itu berkata “Kanker otak ya? Waww... itu bukan penyakit sembarangan, dan jarang-jarang ada yang kena... haha... haha...” Tak hanya itu, ia bahkan dengan enteng menceritakan tentang penyakitnya itu ke pasien-pasien lain di RS itu, tak lupa sambil selalu tertawa. Seolah penyakit itu hanyalah episode lucu dalam hidupnya.

Pohon, Daun dan Angin

POHON


Orang2 memanggilku "POHON" karena aku sangat baik dalam menggambar pohon.

AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku.

AKU telah berpacaran sebanyak 5 kali...

Ada satu wanita yang sangat AKU cintai..tapi AKU tidak punya keberanian untuk mengatakannya...

Dia tidak cantik..tidak memiliki tubuh yang sexy..

Dia sangat peduli dengan orang lain..religius tapi..dia hanya wanita biasa saja.

AKU menyukainya..sangat menyukainya..Gayanya yang innocent dan apa adanya..kemandiriannya..kepandaiannya dan kekuatannya...

Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena...

AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku...

AKU takut...jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang...

AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya...

AKU merasa dia adalah "sahabatku"...

AKU akan memilikinya tiada batasnya...tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia...

Alasan yang terakhir..membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini...

Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah membuatnya menangis selama 3 tahun...

Ketika AKU mencium pacarku yang ke-2 terlihat olehnya...

Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah..."lanjutkan saja" katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.

Esoknya, matanya bengkak..dan merah...

Arti Hidup

Arti hidup didunia sangat penting
Penting karna hidup didunia amat singkat
Singkat karna hidup didunia adalah sebuah ujian
Ujian dimana kita ibarat hidup digurun sahara yg luas.
Hanya ada kenikmatan semu dan bukan sejati
Hanya fatamorgana dan tidak hakiki

Seorang musafir yg mengembara di Sahara
Ibarat seorang manusia yg hidup didunia
Mata air yg ditemuinya hanya untuk mengokohkan langkahnya
Kembali menuju satu tujuan.
Bukan untuk mengaburkannya dan melelapkannya dari tujuan.

Maka untuk menundukkan sahara dibutuhkan jihad
Bukan bahasa anarki
Tapi jihad sebagaimana yang dipahami Ibnu Abbas

Pemenang dan Pecundang

Pemenang selalu jadi bagian dari jawaban;
Pecundang selalu jadi bagian dari masalah.

Pemenang selalu punya program;
Pecundang selalu punya kambing hitam.

Pemenang selalu berkata, "Biarkan saya yang mengerjakannya untuk Anda";
Pecundang selalu berkata, "Itu bukan pekerjaan saya";

Pemenang selalu melihat jawab dalam setiap masalah;
pecundang selalu melihat masalah dalam setiap jawaban.

Pemenang selalu berkata, "itu memang sulit, tapi kemungkinan bisa";
Pecundang selalu berkata, "Itu mungkin bisa, tapi terlalu sulit".

Saat pemenang melakukan kesalahan, dia berkata, "saya salah";
saat pecundang melakukan kesalahan, dia berkata, "itu bukan salah saya".

Sabtu, 04 April 2009

Seorang Kakek yg Bijak

”Sesungguhnya masalah-masalah dalam hidup ini akan membuat kita semakin kuat jika kita menyadarinya. Jangan seperti pecundang yang hanya ingin senang tapi takut susah. Jadilah orang yang berani susah untuk hidup senang”.

Langkahnya gontai, wajahnya kelihatan kusam sementara keadaan tubunya tidak karuan, tidak mempunyai semangat hidup seakan-akan kiamat akan terjadi esok hari. Anak muda itu seperti dirundung banyak masalah. Ia berjalan menyusuri jalan untuk menemui seorang tua yang bijak guna meminta nasehat.

Begitu bertemu dengan orang tua yang bijak itu, ia langsung menceritakan masalah yang dihadapinya. Orangtua bijak hanya mendengarkan secara seksama. Begitu tamunya selesai bertutur, ia kemudian mengambil segenggam garam dan kemudian meminta anak muda tersebut mengambil segelas air. Kemudian ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya secara perlahan. Kemudian kepada sang pemuda tersebut ia berkata,

”Cobalah kau minum ini dan katakan bagaimana rasanya?”